Kalau kemarin sempat dibahas tentang pemasaran di Facebook, alangkah lebih baiknya kalau sekarang Anda bisa menyimak pula salah satu contoh praktik nyatanya. Berikut ini wawancara Media Ide dengan perempuan cantik bernama Linda Leenk, seorang blogger berdomisili di Jogja yang merangkap sebagai pemilik butik online Leenkshop.
(Wawancara dituliskan apa adanya seperti aslinya, kecuali koreksi yang bersifat editorial)
Halo Linda, boleh ceritakan singkat tentang diri Anda?
Saya Linda, usia saya 25 tahun. Saat ini saya sedang mengambil kuliah profesi akutansi di Universitas Gadjah Mada. Hobi utama saya adalah segala hal yang berkaitan sama batik. Selain itu, saya juga senang shopping dan window shopping untuk melepaskan stres. Tapi terus terang, berbelanja buat saya bukan hal yang mudah. Pernah suatu ketika saya beli kemeja dengan detail yang minimalis, harapannya bakal unik. Lain waktu saya jalan ke pusat perbelanjaan, dan ternyata kemeja minimalis yang saya beli tempo hari itu dipajang berderet-deret. Setelah itu jadi ilfil deh (malah curhat) sama mass product gitu.
Kalo keinginan, suatu saat saya pengen kerja sebagai akuntan tapi juga punya butik sendiri dan tentu saja, punya koleksi batik yang banyak.
Boleh juga dong cerita tentang bisnis yang kini Anda geluti? Bisnisnya di dunia fashion ya?
Saya memulai bisnis fashion ini awalnya di Multiply, sudah sejak Juli 2008. Akhir tahun 2008 saya mulai beraktivitas di Facebook. Dari awal usaha saya namakan Leenkshop. Pembeli saya cukup beragam, dari teman-teman sendiri sampai orang yang baru kenal. Usia mereka berkisar antara 20-35 tahun. Awalnya saya menjual baju-baju mass production yang diambil dari satu tempat kemudian dijual via online. Hampir tidak ada proses kreatif di situ, saya pun juga hanya bisa mengambil margin keuntungan yang cukup tipis. Mulai tahun 2009, saya melakukan inovasi dengan membuat baju customized. Pembeli bisa memilih sendiri model baju, ukuran, motif dan jenis kain. Dengan cara seperti ini setidaknya saya pun bisa mengekplorasi kesukaan saya terhadap batik, pembeli bisa memilih model kain, dan tentu saja saya bisa memberdayakan beberapa penjahit-penjahit rumahan.
Saat ini apakah Linda punya toko fisik sendiri? Ataukah Linda murni berjualan via online?
Saat ini saya belum memiliki toko fisik, semua stok kain dan baju (barang) saya simpan di kamar saya. Sementara ini memang saya memfokuskan diri untuk berjualan secara online, dengan Facebook, dan blog. Saya sudah menyiapkan toko online sendiri dengan platform Joomla, insya Allah awal tahun 2010 mulai beroperasi. Tapi saya juga tetap akan menggunakan Facebook dan media sosial lainnya untuk mendukung aktivitas pemasaran produk saya.
Bagaimana Linda memanfaatkan media online untuk memaksimalkan penjualan?
Ibaratnya kalau di dunia offline, pasar itu tempatnya orang berdagang dan banyak pembeli berdatangan. Nah, kalau social media (misal facebook) itu tempat banyaknya pembeli (pengguna internet) berkumpul.
Sepertinya Facebook berperan penting untuk membantu penjualan ya? Cara-cara seperti apa yang Linda buat untuk menarik perhatian calon pembeli di Facebook?
Facebook harus diakui telah menjadi media yang cukup efektif untuk memaksimalkan penjualan. Kita bisa menampilkan katalog produk dan memberikan informasi ke calon customer (melalui fasilitas tagging). Namun ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu soal kenyamanan. Bisa jadi lho, ada teman yang merasa terganggu dengan aktivitas kita berjualan. Untuk hal ini saya berusaha untuk tidak men-tag orang yang tidak berkepentingan. Misalnya saya memiliki koleksi batik berwarna ungu, ini akan saya tag ke teman saya yang memesan batik ungu atau kebetulan dia menyukai warna ungu. Setelah foto dilihat, saya juga mempersilakan untuk menghapus tag.
Selain itu, hal yang saya rasa mampu membuat usaha saya terus berkembang adalah pertemanan. Saya tidak memposisikan mereka sebagai buyer saja, tapi mereka saya anggap teman. Kami berdiskusi tentang memadukan warna, kostum, dan lain-lain.
Apakah blog dan Facebook benar-benar membantu meningkatkan omset penjualan Linda?
Sampai sejauh ini iya. Saya akui blog dan Facebook membuka kesempatan yang luas bagi penjualan produk saya. Satu dari yang terpenting dalam aktivitas di blog dan Facebook bagi seller seperti saya adalah bagaimana mengendalikan opini publik mengenai citra diri saya sebagai seller yang memahami fashion dan bisa memberi solusi bagi teman-teman akan kebutuhan fashion.
Punya pengalaman menarik melakukan pemasaran dan penjualan melalui blog dan Facebook?
Pengalaman menarik bagi saya adalah saya bisa menjadi sangat dekat dengan temen-teman maya yang kebetulan menjadi buyer produk saya. Waktu itu kami sempat kopdar di Jakarta dengan beberapa buyer setia, dan bener-bener rasanya senang punya temen sekaligus buyer yang baik seperti mereka. Kedekatan ini muncul dari intensifnya proses komunikasi mengenai produk yang akan mereka beli. Salah satu keuntungan dari hubungan ini bagi usaha saya adalah saya harus selalu berusaha menjaga hubungan baik, tidak berjualan produk yang berkualitas rendah karena konsumen saya adalah teman-teman sendiri, saya tidak ingin mengecewakan mereka.
Menurut Linda, apakah blog dan Facebook akan/bisa menjadi alat pemasaran yang direkomendasikan di tahun 2010?
Saat ini sudah banyak sekali toko online yang memanfaatkan berbagai media online untuk alat pemasaran. Kini dengan menjamurnya penjual di Facebook, tentu saja langkah selanjutnya adalah bagaimana menjadikan diri sebagai seller yang dapat dipercaya dan mampu memberikan solusi kebutuhan bagi konsumen.
Terima kasih banyak, Linda. Mudah-mudahan cerita ini bisa menginspirasi para pebisnis online lainnya di Indonesia.
(Wawancara dituliskan apa adanya seperti aslinya, kecuali koreksi yang bersifat editorial)
Halo Linda, boleh ceritakan singkat tentang diri Anda?
Saya Linda, usia saya 25 tahun. Saat ini saya sedang mengambil kuliah profesi akutansi di Universitas Gadjah Mada. Hobi utama saya adalah segala hal yang berkaitan sama batik. Selain itu, saya juga senang shopping dan window shopping untuk melepaskan stres. Tapi terus terang, berbelanja buat saya bukan hal yang mudah. Pernah suatu ketika saya beli kemeja dengan detail yang minimalis, harapannya bakal unik. Lain waktu saya jalan ke pusat perbelanjaan, dan ternyata kemeja minimalis yang saya beli tempo hari itu dipajang berderet-deret. Setelah itu jadi ilfil deh (malah curhat) sama mass product gitu.
Kalo keinginan, suatu saat saya pengen kerja sebagai akuntan tapi juga punya butik sendiri dan tentu saja, punya koleksi batik yang banyak.
Boleh juga dong cerita tentang bisnis yang kini Anda geluti? Bisnisnya di dunia fashion ya?
Saya memulai bisnis fashion ini awalnya di Multiply, sudah sejak Juli 2008. Akhir tahun 2008 saya mulai beraktivitas di Facebook. Dari awal usaha saya namakan Leenkshop. Pembeli saya cukup beragam, dari teman-teman sendiri sampai orang yang baru kenal. Usia mereka berkisar antara 20-35 tahun. Awalnya saya menjual baju-baju mass production yang diambil dari satu tempat kemudian dijual via online. Hampir tidak ada proses kreatif di situ, saya pun juga hanya bisa mengambil margin keuntungan yang cukup tipis. Mulai tahun 2009, saya melakukan inovasi dengan membuat baju customized. Pembeli bisa memilih sendiri model baju, ukuran, motif dan jenis kain. Dengan cara seperti ini setidaknya saya pun bisa mengekplorasi kesukaan saya terhadap batik, pembeli bisa memilih model kain, dan tentu saja saya bisa memberdayakan beberapa penjahit-penjahit rumahan.
Saat ini apakah Linda punya toko fisik sendiri? Ataukah Linda murni berjualan via online?
Saat ini saya belum memiliki toko fisik, semua stok kain dan baju (barang) saya simpan di kamar saya. Sementara ini memang saya memfokuskan diri untuk berjualan secara online, dengan Facebook, dan blog. Saya sudah menyiapkan toko online sendiri dengan platform Joomla, insya Allah awal tahun 2010 mulai beroperasi. Tapi saya juga tetap akan menggunakan Facebook dan media sosial lainnya untuk mendukung aktivitas pemasaran produk saya.
Bagaimana Linda memanfaatkan media online untuk memaksimalkan penjualan?
Ibaratnya kalau di dunia offline, pasar itu tempatnya orang berdagang dan banyak pembeli berdatangan. Nah, kalau social media (misal facebook) itu tempat banyaknya pembeli (pengguna internet) berkumpul.
Sepertinya Facebook berperan penting untuk membantu penjualan ya? Cara-cara seperti apa yang Linda buat untuk menarik perhatian calon pembeli di Facebook?
Facebook harus diakui telah menjadi media yang cukup efektif untuk memaksimalkan penjualan. Kita bisa menampilkan katalog produk dan memberikan informasi ke calon customer (melalui fasilitas tagging). Namun ada hal yang tidak boleh dilupakan yaitu soal kenyamanan. Bisa jadi lho, ada teman yang merasa terganggu dengan aktivitas kita berjualan. Untuk hal ini saya berusaha untuk tidak men-tag orang yang tidak berkepentingan. Misalnya saya memiliki koleksi batik berwarna ungu, ini akan saya tag ke teman saya yang memesan batik ungu atau kebetulan dia menyukai warna ungu. Setelah foto dilihat, saya juga mempersilakan untuk menghapus tag.
Selain itu, hal yang saya rasa mampu membuat usaha saya terus berkembang adalah pertemanan. Saya tidak memposisikan mereka sebagai buyer saja, tapi mereka saya anggap teman. Kami berdiskusi tentang memadukan warna, kostum, dan lain-lain.
Apakah blog dan Facebook benar-benar membantu meningkatkan omset penjualan Linda?
Sampai sejauh ini iya. Saya akui blog dan Facebook membuka kesempatan yang luas bagi penjualan produk saya. Satu dari yang terpenting dalam aktivitas di blog dan Facebook bagi seller seperti saya adalah bagaimana mengendalikan opini publik mengenai citra diri saya sebagai seller yang memahami fashion dan bisa memberi solusi bagi teman-teman akan kebutuhan fashion.
Punya pengalaman menarik melakukan pemasaran dan penjualan melalui blog dan Facebook?
Pengalaman menarik bagi saya adalah saya bisa menjadi sangat dekat dengan temen-teman maya yang kebetulan menjadi buyer produk saya. Waktu itu kami sempat kopdar di Jakarta dengan beberapa buyer setia, dan bener-bener rasanya senang punya temen sekaligus buyer yang baik seperti mereka. Kedekatan ini muncul dari intensifnya proses komunikasi mengenai produk yang akan mereka beli. Salah satu keuntungan dari hubungan ini bagi usaha saya adalah saya harus selalu berusaha menjaga hubungan baik, tidak berjualan produk yang berkualitas rendah karena konsumen saya adalah teman-teman sendiri, saya tidak ingin mengecewakan mereka.
Menurut Linda, apakah blog dan Facebook akan/bisa menjadi alat pemasaran yang direkomendasikan di tahun 2010?
Saat ini sudah banyak sekali toko online yang memanfaatkan berbagai media online untuk alat pemasaran. Kini dengan menjamurnya penjual di Facebook, tentu saja langkah selanjutnya adalah bagaimana menjadikan diri sebagai seller yang dapat dipercaya dan mampu memberikan solusi kebutuhan bagi konsumen.
Terima kasih banyak, Linda. Mudah-mudahan cerita ini bisa menginspirasi para pebisnis online lainnya di Indonesia.
Thank you pitra,thank you friends.. :)
No Response to "Wawancara Media"
Post a Comment
Thank You :)